citaku, semangatku

Salam sahabat.....memulai dengan Bismillah diiringi dengan sebuah senyuman ^_^

cita dan semangat mengiringi langkah ini, mengurainya menjadi pijakan untuk tetap menebar kebaikan. Menapaki jejak-jejak menuju perbaikan diri dan tetap kokoh di atasnya, InsyaAllah...


Minggu, 22 November 2015

Usiaku 25



Usiaku 25 tahun, apa kabar wahai diri?
Usiaku 25 tahun, apa yang ku rasakan?
Usiaku 25 tahun, apa impianku?
Seperempat abad aku telah dititipkan usia, apa yang aku anugerahkan pada sang Maha Pemberi?
Terus bertanya, terus melangkah. Entah dalam kebimbangan, kecemasan bahkan ketakutan
Apakah aku sudah benar-benar berusaha menjadi sebaik-baik hamba?
Apakah aku punya pilihan-pilihan yang mengantarkanku pada kebaikan?
Ya Robbi....padamu segala harap teruntai
Resah ini bergelantungan, membuat nafasku menderu
Aku sungguh ingin mendekat padaMu
Usiaku 25 tahun, dan aku rindu....




Jumat, 06 November 2015

Apa Kabar?

Apa kabar Kata dalam Cinta?
Hampir 3 tahun ya aku tidak mampir ke blog ini. Apakah kau rindu? Kau pasti bertanya-tanya kemana saja aku selama ini, apa yang telah terjadi dalam perjalanan hidupku.
Semua baik-baik saja kawan, tak ada yang perlu di risaukan.
Ahh....aku benar-benar rindu dengan semangat menulis. Rindu merangkai kata demi kata hingga menjadi rangkaian kalimat yang mengurai makna saat membacanya.
Ada banyak ingin yang menggeliat di fikiranku saat ini. Impian menulis serpihan-serpihan peristiwa yang bersinggungan dalam tiap episode perjalanan hidup yang ku lalui.
Aku telah kembali.  


Senin, 14 Januari 2013

Sepotong cinta dari kalian


Pager, 29 september 2012

Hari ini aku terharu sekali. Perasaanku berkecamuk, ada sedih, bahagia, senang, dan lainnya. Hari ini, hari terakhir aku bekerja di polindes pager setelah sebelumnya kurang lebih 4 bulan aku berada di sini. Aku dipindah tugaskan untuk kembali ke puskesmas Rakumpit yang juga sangat membutuhkan kehadiranku.  Hari ini sabtu, biasanya hari sabtu aku meliburkan diri namun hari ini aku memutuskan utk tetap berangkat ke pager sekalian untuk membereskan semua barang-barangku, menyelasaikan semua tanggung jawab dan tugasku, berpamitan dengan masyarakat pager sekaligus perpisahan dengan anak-anak yang belajar ngaji bersamaku. Empat bulan berada di sini memberiku pengalaman yang sangat berarti, banyak hal yang ku temui dan ku alami, berbagai peristiwa dengan beragam cerita menemani  hari-hariku setiap hari. Di sini aku belajar mandiri, menyelasaikan semua tugas dan tanggung jawab sendiri. Di sini aku merangkap banyak tugas, tidak hanya sebagai bidan tapi juga sebagai perawat, dokter, dan lainnya karena akulah satu-satunya tenaga kesehatan dikelurahan ini yang harus mampu menyelasaikan permasalahn kesehatan di tempat ini. Tidak hanya itu, aku pun setiap sore meluangkan waktu untuk mengajar anak-anak ngaji di masjid yang tidak jauh dari tempat aku bekerja.
Banyak hal yang baru kusadari, betapa warga masyarakat disini sangat menyayangi aku dan menganggap kehadiranku ditengah-tengah mereka sangat berguna. Saat tadi aku berpamitan dengan mereka, ternyata mereka merassa kehilangan diriku bahkan ada yang menangi saat aku pamit.  Aku benar-benar merasa terenyuh, bahagia sekali bukan, ternyata hadirmu ditengah mereka memberi arti bagi mereka. Lain lagi cerita dengan anak-anak, saat tadi aku mengumpulkan mereka buat acara perpisahan. Ya Allah…betapa mereka sangat menyayangi aku dan tak ingin aku pindah dari tempat ini, mereka berulang kali memaksaku untuk jangan pindah malah ada sebagian yang sangat bersedih dan menangis. Kata mereka:
“kami sayang ibu, klo ibu pindah siapa nanti yang mengajari kami?”
“aku sedih kalo ibu pindah, jangan pindah ya bu??
“bu…ibu tetap disini, kami bagaimana?
“ibuu…aku nangis nih klo ibu pindah…
Aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa lagi, aku tak menyangka hadirku di sini selama empat bulan, bersama mereka, mengajari mereka ternyata sangat berkesan dihati mereka. Beberapa waktu yang lalu seorang anak menatapku, lama…kemudian ia berucap pelan…”ibu…boleh aku mencium dan memeluk ibu, katanya” Mendengar ia mengatakan itu, aku benar terpana dan langsung memeluk ia erat, dan ku lihat betapa ia sangat senang. Kemaren saat anak-anak berkumpul semua dan aku mengecek kembali hafalan mereka tentang doa-doa pendek. Tiba-tiba seorang anak berkata, semoga ibu wiwi cepat menikah, sontak saja aku sangat kaget mendengarnya dan aku berkata aamiin ya Allah, lantas anak-anak yang lain seraya berdoa, semoga bu wiwi rumah tangganya rukun tenteram selamanya, dapat suami yang ganteng, aku sama sekali tidak sanggup menahan tawa saat mereka berucap seperti itu. Lalu aku pun nyelutuk kepada mereka, ibu ingin dapat suami yang sholeh, doakan ya...iya bu kata mereka, aku pun tersenyum anak-anak, ada-ada saja tingkahnya. Kemudian saat aku pulang, ada seorang anak menghampiriku dan berkata, ibu..aku punya dua pisang goreng, satu buat ibu satu buat aku, dimakan ya bu…ucapnya sambil memberikan pisang gorengnya buat aku, masyaAllah…ucapku, terima kasih sayang. Di lain waktu gadis mungil menghampiriku, katanya.., ibu puasa nggak hari ini? ngga sayang kataku, kenapa?. Lantas ia mengeluarkan permen dari sakunya, bu, ini aku ada permen, ini buat ibu, tapi maaf ya bu cuma ada satu saja, ucapnya padaku. Ya Allah …mereka sangat peduli terhadap ku, betapa beruntungnya aku mengenal mereka, betapa membahagiakannya memiliki mereka. Hari ini, selepas selesai perpisahan dengan anak-anak, dua orang anak, sikembar pengantin menghampiriku, bu..aku ikut pulang sama ibu yaa, okee..kataku, dengan senang hati. Selama perjalanan tak berhenti mereka bercerita ini itu, bahkan sampai menghapal surah pendek dan doa kedua orang tua. Aku dengan riang hati mendengar celoteh mereka. Ketika sudah sampai didepan rumahnya, mereka lantas turun dan bersalaman dengan aku, terimakasih ya bu, ibu hati-hati dijalan ya ucapnya seraya berlari, iya kataku. Namun…ia berbalik lagi, berdiam dan berucap satu kalimat yang membuat aku tercengang. “Semoga ibu dapat suami yang sholeh, ucapnya sungguh2. Deg…aamiin ya Allah ucapku dengan tersenyum, sungguh aku benar-benar terharu, ingin menangis rasanya, sepulang dari tempat tinggal anak itu, di perjalanan pulang menuju palangka, mataku berkaca-kaca, aku bahagia sekali mengenal mereka, dan jujur jauh di dalam hati, aku pun merasa kehilangan mereka juga. Aku menangis antara terharu bahagia melihat sikap mereka, ketulusan mereka, kepedulian mereka, semangat mereka yang luar biasa dalam mengaji, namun juga sedih tak bisa lagi mengajar mereka, tak bisa lagi berceloteh bergembira bersama mereka. Aku akan sangat merindukan mereka nantinya. Anak-anak…ibu sangat menyayangi kalian juga :-D

Terimakasih kepada semua masyarakat pager atas kerja samanya selama ini, kalian membuat saya merasa nyaman berada dan bekerja di sini. Terima kasih juga atas kepedulian kalian terhadap saya. Kalian sangat baik terhadap saya dan sangat ingin saya tetap berada di tengah-tengah kalian. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua aamiin…….


Rindu Menulis ^^


Kali ini mencoba kembali untuk memulai menulis, dulu menulis menjadi suatu kegemaranku. Masih ku ingat awal mulai menulis saat masih kelas 2 MTsN (SMP, red), masa-masa remaja, masa-masa yang gemar mengisi kata melalu diary, hehe... waktu itu, hal apapun bisa saja tertulis, meski terkadang konyol, lucu, aneh dan peristiwa-peristiwa yang tidak terlalu penting, tetap saja menarik untuk dituliskan :-)
Tanpa terasa hampir 4 tahun aku tidak pernah lagi bercerita tentang diriku, tentang suka dukaku, aku terlalu sibuk dengan aktifitas kuliah dan bekerja yang sungguh menguras waktu dan energiku. Tiba-tiba perasaan rindu menulis itu mengusik jiwaku, terlalu lama…aku menghentikan jari-jari ini untuk merangkai kata. Kini, aku merasa jeda waktu yang terlalu lama tersebut membuatku merasa sangat kesulitan dalam menyampaikan segala asaku melalui tulisan, aku merasa fikiran ini menjadi tumpul untuk diajak berfikir. Aku seperti orang yang baru belajar untuk menulis kembali, kosong…..itulah yang kurasakan, ada kehampaan yang menggelayuti perasaan ini, merasa menjadi orang yang tidak tepat, berada disaat yang tidak tepat. Gelap.
Entahlah....aku bingung …aku merasa takut untuk menulis, aneh bukan???  Padahal hatiku bergolak ingin mengungkapkannya, namun tiba-tiba saja fikiran ini tercekat dan tanganku begitu berat untuk menyusunnya menjadi serpihan huruf yang dapat mewakili kegalauan yang berkecamuk di dalam jiwa. Malam ini….keinginan menulis itu sangat kuat dan aku mencoba memberanikan jari-jari ini mengalir sesuai titah tuannya menuliskan apa saja yang terlintas dalam memory otakku, terlebih saat ku baca sebuah hadits dari Sang Nabi ,
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda : “Tiga orang yang selalu diberi pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya” (HR Thabrani)
            Mataku berbinar….terang….aku tersenyum dan berujar ya Allah….aku rindu menulis, aku ingin kembali menulis. Bercerita tentang apa saja dan aku menasihati diri ini belajarlah untuk menulis sesuatu yang membuat namamu tetap hidup meski jasadmu telah tiada. Selamat Datang Kembali ^_^
Palangka Raya
Malam hari yang syahdu, Ramadhan 1432 H
Wiwi Fajriati Lp’ers


Jumat, 23 September 2011

Air mata Rasululullah

Bismillah…..

Kembali aku menunduk hening, mataku basah, air mataku menitik….tiap membaca kalimat cintanya yang mengisahkan beratnya perjuangan sang Rasul akhir zaman, penutup para Nabi. Dengan berlinang air mata, bibirnya bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu. Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jagalah shalat dan jagalah orang-orang lemah diantara kamu.” Di luar ruangan, ada tangisan, ada kegaduhan. Para sahabat saling berpelukan. Fatimah menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sekali lagi,Ali mendekatkan telinganya ke Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam  dan dengan mulut yang telah membiru serta air mata berlinang Rasulullah berucap lirih “Ummati….ummati…ummati….” “Umatku…umatku…umatku”  itulah kata terakhir yang ia ucapkan saat sang maut menjemputnya. Hari itu...”Tidak ada hari yang lebih gelap dan muram daripada saat Rasulullah wafat, kata Anas Ibn Malik”. Hari itu isak tangis menyatu. Air mata membanjiri setiap muslim. Hari itu Madinah benar-benar riuh dengan tangisan.
Dan suasana semakin kalut dan membingungkan ketika seorang lelaki berteriak-teriak “Sesungguhnya beberapa orang munafik beranggapan bahwa Rasulullah meninggal dunia”, kata sosok tinggi besar itu. Banyka orang berhimpun di sekelilingnya hingga yang dibelakang harus berjinjit untuk mengenali bahwa si gaduh itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab. “Sesungguhnya beliau tidak wafat!”, ia terus berteriak dengan mata merah berkaca-kaca dan berjalan hilir mudik ke sini- ke sana. “Sesungguhnya beliau tidak mati!. Beliau hanya pergi menemui Rabb-Nya seperti Musa yang pergi dari kaumnya selama 40 hari, lalu kembali lagi pada mereka setelah dikira mati! Demi Allah, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam pasti akan kembali! Maka tangan dan kaki siapapun yang mengatakan beliau telah meninggal harus dipotong!
‘Umar masih terus berteriak-teriak bahkan menghunus pedang ketika Abu Bakr datang dan masuk ke bilik Aisyah, tempat di mana sang jasad Nabi terbaring. Disibaknya kain berwarna hitam yang menyelubungi tubuh suci itu, dipeluknya Sang Nabi , dengan tangis. “Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu…”. Bisiknya. “Allah tidak akan menghimpun dua kematian bagimu. Kalau ini sudah ditetapkan, ‘engkau memang telah meninngal,’ Abu Bakr mencium kening Sang Nabi. “Alangkah wanginya engkau di kala hidup, alangkah wangi pula engkau di kala wafat.”
‘Umar msih mengayun-ayunkan pedang ketika dia keluar.”…Kaki dan tangannya harus dipotong!. Dipotong!” teriak Umar
“Duduklah hai ‘Umar!”, seru Abu Bakr. Tapi ‘Umar yang bagai kesurupan tak juga duduk. Orang-orang, dengan kesadaran penuh mulai mendekati Abu Bakr dan meninggalkan ‘Umar. “Barang siapa menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah wafat,”katanya berwibawa, “Tapi barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup kekal!” Abu Bakr lalu membaca ayat yang di baca Mush’ab ibn ‘Umair menjelang syahidnya, saat tubuhnya yang menghadapi panji Uhud dibelah- belah dan tersiar kabar bahwa Rasullullah terbunuh.
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia mati atau terbunuh kalian akan berbalik ke belakang? Dan barangsiapa yang berbalik ke belakang maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 144)
‘Umar jatuh tertunduk mendengar ayat ini. Pedangnya lepas berdentang dari genggaman. Dengan gumaman diselingi isak, disimak dan dilafalkannya ayat yang dibaca Abu Bakr. “Demi Allah, setelah aku mendengar Abu Bakr membacakan ayat itu, akupun tersadar dari keguncangan hingga aku jatuh tersungkur di atas tanah, dan aku tidak kuasa melangkahkan kedua kakiku. Setelah itu, aku mengerti kalau Rasulullah benar-benar telah tiada. Demikian juga yang lain. Mereka semua membaca ayat itu. Seolah-olah ayat itu baru saja turun. Seolah-olah mereka tak pernah mendengar ayat itu sebelum Abu Bakr membacakannya.
Telah berpulang pemimpin dan penutup para Nabi dan Rasul. Telah berpulang pemimpinnya para pemimpin. Telah berpulang panglimanya para panglima. Telah berpulang manusia yang paling taqwa di sisi Allah Swt. Kepergian beliau telah mengguncang kota Madinah karena warganya diselimuti kesedihan yang sangat mendalam, dan telah meng-gelapkan dunia di mata para penghuninya.

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas diri Muhammad dan atas keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya engkau Maha terpuji dan Maha Mulia”
“Ya Allah, berilah keberkahan atas diri Muhammad dan atas keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya engkau Maha terpuji dan Maha Mulia”




Minggu, 10 Juli 2011

[Repost] Dear Rabb

Rabb, ini aku.  Maaf baru mengirim surat (lagi). Maaf jika tidak sopan. Maaf bila seenaknya. Malu sebenarnya karena setiap kali datang selalu kotor. Jalanya becek Rabb. Tapi gak bisa di jadikan alasan ya. Bodohnya aku selalu salah pilih jalan. Bodohnya lagi, selalu terulang. Ingatanku memang buruk mengenai jalan. Maaf Rabb. Engkau gak marah kan?

Aku bingung Rabb. Aku Selalu mengkhianatiMu. Tapi Engkau sungguh baik, terlalu baik malah. Aku jadi bertanya,  kenapa Kau begitu perhatian padaku?

Maaf akhir-akhir ini aku mulai menjauhimu. Aku terlalu sibuk dengan urusanku. Tapi percayalah Rabb aku masih ingat padamu. Aku masih mengingat masa itu. Masa-masa bersahabat denganmu. Deg-degan rasanya setiap kali akan bertamu kerumahMu. Kapan aku bisa datang lagi? pintuMu masih terbuka untukku kan? Aku kangen.

Mereka bilang aku religius Rabb. Engkau pasti tertawa mendengarnya. Aku pun terpingkal. Mereka hanya tidak tahu rahasiaku. Rahasia yang Kau simpan untukku. Terima Kasih kau sudah mau menyimpannya untukku.

Rabb, maaf aku tidak pernah bersungguh-sungguh. Aku terlalu sedikit mengenalMu. Aku Menyesal. Kalau boleh beralasan, itu karena aku lupa jalan menuju rumahMu. Aku tersesat di labirin tekad.  Aku cemas ya Rabb. Aku gelisah. Aku Galau. Aku ingin secepatnya bisa keluar. Kau mau menunjukkan jalan keluarnya kan? Kau mau menuntunku kan?

Rabb, masih ingat cerita tempo dulu. Pemberianmu itu. Tahukah engkau pemberianmu itu selalu aku jaga. Aku bersyukur Kau berikan aku pada keluarga yang luar biasa. Aku ingin kami bisa bertamu kerumahMu kelak. Bersama. Engkau tidak keberatan menerima kami bukan?

O iya, aku sudah menerima balasan suratku . Itukah jawaban atas surat permintaanku kemarin Rabb. Cepat yaa. Apa tidak terlalu cepat? Oke, aku mengaku. Saat itu aku cuma iri melihat orang. Tapi tidak apa. aku tidak pernah menyesal menerima pemberianmu. Mudah-mudahan itu menjadi jawaban ya Rabb. Senang sekali rasanya bisa mendapat perhatian dariMu.

Maaf Rabb setiap kali bercerita aku selalu mengeluh.  Aku hanya bingung kenapa semua ini kau beri padaku? kenapa kau lebih memilih aku??  Saat itu kau menjawab, "Kenapa tidak?" tahukah engkau, itu membangkitkan percaya diriku. Terima Kasih Rabb, kau telah menyadarkanku.

Rabb, masih ingat janjiMu dulu padaku. Janji akan tiga hal itu. Engkau akan jamin Rezekiku. Engkau telah pastikan tiket pulangku. Engkau pula yang memilihkan pendamping perjalananku. Aku harap itu masih berlaku. Maaf aku tidak bermaksud meragukanMu. Aku tau Engkau tidak mungkin ingkar. Tapi rasa takut itu tidak sopan Ya Rabb. Bisa bantu aku mengusirnya?

Rabb, aku tau Engkau disana sedang membaca suratku. Aku malu Rabb terus-terusan meminta, tapi kata mereka Engkau marah bila aku minta dengan yang lain. Terlalu banyak yang ingin kukatakan. Aku yakin Engkau tau apa yang ku maksud, aku tunggu surat balasanMu yaa..

P.S. Semoga surat ini bisa memperbaiki hubungan kita.

12052010, ‏‎9:39 PM

Sumber: http://www.facebook.com/notes/dea-arie-kurniawan/repost-dear-rabb/477906838734?notif_t=note_reply

Sabtu, 02 Juli 2011

INGATKAN-ku

selalulah 'ingatkan'ku
diri pasti kembali
kepada kampung halaman berpulang
-akherat-

maka, janganlah BODOH. mengira diri, di dunia hidup abadi.


“Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui”.



 COPAS
oleh 'kis' Abdullah pada 31 Oktober 2010